Kamis, 10 Oktober 2013

Acara 1 "FILUM COELENTERATA"



LAPORAN PRAKTIKUM
AVERTEBRATA AIR
“PHYLUM COELENTERATA”



Oleh:
NURHAYANI






PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS MATARAM
2013



HALAMAN PENGESAHAN
           Laporan Praktikum Avertebrata Air acara 1 Coelenterata telah selesai disusun oleh :
Nama : Nurhayani
Nim   : C1K 012 059



                                                            Mengetahui :

Asisten Praktikum                                                                   Praktikan

NANING DWI S.                                                                  NURHAYANI
NIM. C1K 011 029                                                                NIM. C1K 012 059

Tanggal Pengesahan :

BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Istilah Coelenterata diambil dari bahasa Yunani coilos=rongga, enteron=usus. Gabungan istilah tersebut tidak diartikan sebagai hewan yang ususnya berongga, tetapi cukup disebut hewan berongga. Istilah tersebut juga mengindikasikan bahwa hewan coelenterate tidak memiliki rongga tubuh sebenarnya, melainkan hanya berupa rongga sentral yang disebut Coelenterons.Habitat Coelenterata seluruhnya hidup di air, baik di laut maupun di air tawar. Sebagian besar hidup dilaut secara soliter atau berkoloni. Ada yang melekat pada bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan tidak dapat berpindah untuk bentuk polip, sedangkan bentuk medusa dapat bergerak bebas melayang di air.
Coelenterata terutama kelas Anthozoa yaitu koral atau karang merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup beragam jenis hewan dan ganggang.  Dua puluh lima persen ikan yang dikonsumsi manusia juga hidup pada ekosistem ini. Selain itu, terumbu karang sangat indah sehingga dapat di jadikan objek wisata. Karang di pantai sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencengah pengikisan pantai. Mengingat jumlah avertebrata begitu banyak khususnya coelenterat maka perlu diadakan suatu pratikum bagi mahasiswa.

1.2.Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini antara lain:
1.    Melakukan identifikasi hewan coelenterata
2.    Mengetahui ciri-ciri hewan coelenterata
3.    Mengetahui struktur, fungsi, dan kehidupan hewan coelenterata.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
        Coelenterata termasuk hewan diploblastis, yaitu memiliki dua lapisan lembaga berupa ectoderm dan endoderm. Dinding tubuh terdiri atas epidermis dan gastrodermis, dan diantara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan mesoglea. Baik epidermis, maupun gestrodermis dilengkapi dengan sel-sel jelatang, deman didalamnya terdapat kantung yang berisis racun dan dilengkapi dengan alat penyengat dan disebut nematosit yang berfungsi sebagai alat pertahanan, melumpuhkan mangsanya, dan terlibat  dalam proses pencernaan (Muhammad, 2012).
Fungia sp merupakan karang yang berbentuk seperti jamur, bisanya berkoloni dan berkembang ke samping. Terdapat skeleton yang dibuat oleh epidermis. Tubuh radial simetris dengan warna putih keruh. Memilki organ anteron yang membuat pelipatan seperti konsntris yang biasa disebut septa. Lapisan mesoglea bersifat seluler. Letak mulut tidak berlangsung berhubungan dengan rongga enteron melaingkan langsung berhubungan kerongkongan. Memiliki nematokosit yang ada pada bagian sebalah dalam dan gonad berasal dari lapisan gastrodernal (Jasin, 1992).
          Karang jamur mempunyai lingkaran tahun yang menandakan usia dari kerang tersebut, terdapat pori-pori untuk menangkap sari-sari makanan, mempunyai jumlah sekta yang sama, dan hidupnya berkooni (Supriyanto, 1992)
          Tubifora musica mempunyai lubang polip sebagai tempat keluar masuknya air, dan juga ada tabung vertikal yang berfungsi sebagai tempat menampung sari-sari air dan mineral yang masuk dalam lubang polip. Polip merupakan monomorfik yang memiliki tubuh panjang. Tubipora musica dapat hidup di kedalam mencapai 20 m dan lebih suka terhadap cahaya yang terang (Anonim, 2012)      
          Acropora sp. merupakan tumbuhan yang hidup di air laut, bentuknya seperti tumbuhan yang bercabang, warnanya putih kekuningan, menempelnya juga pada batu yang terdapat di laut. Bentuk tubuhnya yang silindris membedakannya dengan hewan lain yang se-filum. Acropora paling umum di lingkungan terumbu dangkal dengan cahaya terang dan sedang hingga gerakan air yang tinggi. Banyak ikan karang kecil tinggal di dekat koloni dan mundur mereka ke dalam rumpun cabang jika terancam (Anonim, 2012)


BAB III. METODELOGI PRAKTIKUM
3.1.  Waktu dan Tempat
       Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 02 April 2013 di   Laboratorium perikanan program studi Budidaya Perairan Universitas Mataram.
3.2.  Alat dan Bahan Praktikum
       Tabel 3.1. Alat dan Bahan Praktikum
       3.1.1. Alat Praktikum
NO
Alat
Fungsi
1.     
Bak Preparat
Tempat untuk meletakkan karang yang diamati
2.     
Kaca Pembesar
Untuk melihat lebih jelas bagian-bagian tubuh karang
      
       3.1.2. Bahan Praktikum
NO
Bahan
Fungsi
1.    
Karang Jamur (Fungia sp.)
Untuk diamati
2.    
Karang Tanduk (Acropora sp.)
Untuk diamati
3.    
Karang Suling (Tubifora musica)
Untuk diamati
4.    
Favites sp.
Untuk diamati

2.3.Prosedur Kerja
1.     Disiapkan alat dan bahan.
2.     Digambar morfologi hewan Coelenterata.
3.     Disebutkan bagian-bagiannya dan menuliskan sistematikanya.


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Karang Jamur (Fungia sp.)
Tabel 4.1. Karang Jamur (Fungia sp.)
LEMBAR KERJA
Praktikum: Coelenterata
Tanggal: 02 April 2013
Asisten: Naning Dwi S.
Nama: Nurhayani
NIM: C1K 012 059
Klp: 7(tujuh)
GAMBAR DORSAL








KLASIFIKASI
Kingdom    :  Animalia
Phylum       :  Coelenterata
Class           :  Anthozoa
Ordo           :  Madreporaria
Family        :  Fungiae
Genus          :  Fungia
Spesies        :  Fungia sp
Local name :  Karang Jamur
GAMBAR VENTRAL







KETERANGAN
1.  Septa
2.  Aboral
3.  Lingkar tahun

GAMBAR LITERATUR

Sumber :http://justfish.com/images
CIRI-CIRI

1.  Dalam daur hidupnya hanya mempunyai polip
2.  Reproduksi secara seksual dan aseksual.
3.  Hidup secara soliter, memiliki tentakel beragam warna.
4.  Terdapat lingkar tahun.
Fungia adalah genus dari jamur. Anggota dari genus ditemukan tumbuh di terumbu karang di Indo-Pasifik. Karang dalam genus Fungia kebanyakan soliter, beberapa mencapai 30 cm (12 in) dengan diameter. Individu yang lebih besar terbiasa memisahkan diri dan menjadi hidup bebas. Mereka ditemukan dalam berbagai warna-warna cerah seperti putih, merah muda, merah, ungu, biru dan kuning dan populer dengan penjaga akuarium karang. Terdapat skeleton yang dibuat oleh epidermis, tubuh radial simetris. Cakram yang baik bulat atau oval dan mulut pusat, yang dikelilingi oleh tentakel mungkin menjadi celah.
 Septum adalah elemen kerangka vertikal di dalam dinding corallite dan costae bergabung septum dan terus luar corallite tersebut. Dalam genus Fungia, baik septum dan costae kuat dan duri dan gigi yang ditemukan pada mereka merupakan karakteristik dari spesies yang berbeda. Anggota dari genus Fungia mungkin bingung dengan spesimen dari genus Cycloseris terkait tetapi yang terakhir selalu hidup bebas.
Dinding rongga anteron mengalami pelipatan secara konsentris yang biasa disebut septe. Lapisan mesoglea bersifat seluler, letak mulut tidak langsung berhubungan dengan kerongkongan sebelah dalam. Gonad berasal dari lapisan gastrodermal.
Sistem reprodoksi berlangsung dengan cara spermatozoa pada jantung dipancarkan ke dalam air lalu berenang mencari tubuh betina. Bisa juga dilakukan dengan cara bertunas (aseksual). Sedangkan sistem pernapasan berlangsung secara difusi osmosis langsung dari permukaan tubuhnya. Hewan ini tidak memiliki alat ekskresi khusus, dan memiliki habitat di perairan laut hangat dan jernih dengan menempelkan diri pada substrat menggunakan aboral yang terletak pada bagian ventral tubuhnya.

                                                               





4.2.Favites sp.
              Tabel 4.2. Favites sp.
GAMBAR DORSAL
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum    :  Coelenterata
Class        :  Anthozoa
Sub class  :  Zhoantaria
Ordo         :  Madreporaria
Family      :  Faviidae
Genus       :  Favites
Spesies     :  Favites sp
GAMBAR VENTRAL
KETERANGAN
1.     Theca
2.     Aboral
3.     Septa

GAMBAR LITERATUR
Sumber : habitatnews.nus.edu.sg
CIRI-CIRI
1.    Terdapat theca.
2.    Umumnya hidup berkoloni.
3.    Tidak memiliki jarak antarpolip.
4.    Hidup di laut dan tubuhnya menyerupai bunga.
5.    Memiliki skeleton yang dari epidermis.
6.    Favites sp. mempunyai 6 tentakel sederhana.
7.    terdapat siphonoglipha
Favites adalah karang yang paling umum dan produktif di dunia, berasal dari Indo-Pasifik dan sangat mirip dengan Favia genus, berbagi banyak nama umum yang sama, dan kadang-kadang menjadi sangat sulit untuk membedakan. Favites Karang ditemukan dalam bentuk berbagai warna dan bentuk polip. "Karang Nanas" adalah nama yang umum diberikan kepada mereka yang memiliki pola melingkar kecil. Pada Favites sp., Polip individu berbagi dinding dengan polip tetangga. Juga dikenal sebagai karang bulan, Favia sp. karang memiliki struktur yang sama kecuali bahwa dinding antara polip individu tidak dibagi.
Favites sp. pada umumnya hidup berkoloni dengan jalan gemmatia kesamping, kadang-kadang gemmatia berkunpul ditengah sehingga terjadi suatu koloni yang padat. Skeleton terbentuk olehepidermis yang berasal dari CaCO3 dan berbentuk seperti mangkuk. Apabila skeleton dibentuk oleh satupolip maka disebut Corralit, namun bila dibentuk oleh satu koloni maka disebut Corallium. Corallium dibentuk oleh epidermis basis dan collumnia serta polip terdapat di dalamnya. Bentuk dari polip itusendiri hampir simetris , serta tidak memiliki jarak antarpolip. Favites sp. mempunyai 6 tentakelsederhana yang tidak bercabang pada tubuhnya dan memiliki fungsi sebagai conus yang berongga.Kebanyakan dari Favites memiliki pola eksoskeleton pada polipnya dimana hal ini menunjukanbahwa penataan sklerosepta bertipe sklerectina. Septa bertemu pada satu titik yang disebut axis central. Jarak antar dinding luar (corallite) berlekatan sehingga koloninya padat.
 Pada tubuh Favites sp. terdapat siphonoglipha dan misentinum tetapi tidak memiliki Chenechyma. Hewan yang hidup di perairan laut ini berkelas anthozoa sehingga tubuhnya menyerupai bunga.Memiliki sifat hematipitc dan individunya (polip) berbentuk hexagonal (persegi enam).



4.3.Karang Tanduk (Acropora sp.)
              Tabel 4.3. Karang Tanduk (Acropora sp.)
GAMBAR DORSAL
KLASIFIKASI
Kingdom    :  Animalia
Phylum       :  Coelenterata
Class           :  Anthozoa
Sub class     :  Zhantaria
Ordo            :  Madreporaria
Family         :  Acropodae
Genus          :  Acropora
Spesies        :  Acropora sp.
Local name :  Karang tanduk
GAMBAR VENTRAL
KETERANAGAN
1.    Aboral
2.    Pori-pori
3.    Batang primer
4.    Batang sekunder

GAMBAR LITERATUR
Sumber : http://waynesword.imegs.jpg
CIRI-CIRI
1.    Hidup secara soliter.
2.    Bentuknya seperti pohon.
3.    Tedapat bintik yang merupakan    mulut.
4.    Mempunyai pori-pori.
5.    Acropora paling umum di lingkungan terumbu dangkal dengan cahaya terang.
6.    Kebanyakan spesies Acropora coklat atau hijau, tetapi beberapa yang berwarna cerah.
7.    Acropora dapat tumbuh sebagai piring atau cabang ramping.
              Seperti karang lainnya, karang Acropora merupakan koloni individu yang dikenal sebagai polip, yang sekitar 2 mm dan jaringan di saham dan jaring saraf. Tergantung pada spesies dan lokasi, Acropora dapat tumbuh sebagai piring atau cabang ramping. Polip dapat menarik kembali ke karang dalam menanggapi gerakan atau gangguan oleh predator potensial, tetapi ketika mereka tidak terganggu sedikit menonjol. Polip biasanya memperpanjang lebih lanjut di malam hari untuk membantu menangkap plankton dan bahan organik terlarut dari air.  Acropora paling umum di lingkungan terumbu dangkal dengan cahaya terang dan sedang hingga gerakan air yang tinggi. Banyak ikan karang kecil tinggal di dekat koloni dan mundur mereka ke dalam rumpun cabang jika terancam.
                Kerusakan lingkungan telah menyebabkan berkurang populasi Acropora, bersama dengan jenis karang lainnya. Acropora terutama rentan terhadap pemutihan saat stres. Pemutihan ini disebabkan oleh hilangnya zooxanthellae karang, yang adalah warna cokelat keemasan. Karang memutih yang telanjang putih dan mungkin mati jika baru Symbiodinium tidak dapat diasimilasi. Penyebab umum pemutihan dan kematian karang termasuk polusi.
                Kebanyakan spesies Acropora coklat atau hijau, tetapi beberapa yang berwarna cerah, dan orang-karang langka dihargai oleh aquarists. Propagasi Captive Acropora tersebar luas dalam komunitas karang. tergantung kondisi karang.










4.4.  Karang Suling (Tubifora musica)
Tabel 4.4. Karang Suling (Tubifora musica)
GAMBAR DORSAL
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Coelenterata
Class : Anthozoa
Ordo : Alcyonaria
Family : Tubiforidae
Genus : Tubifora
Spesies : Tubifora musica
Local Name : Karang suling

GAMBAR VENTRAL




KETERANGAN
1.   Platfoam
2.   Lubang pori-pori
3.    Vertikal
4.   Aboral

GAMBAR LITERATUR
Sumber : nitehawkripper.blogspot.com
CIRI-CIRI
1.   Memiliki skeleton yang tersusun dari spicula
2.   Hanya memiliki bentuk polip
3.   Mulut terletak datar
4.   Rongga pencernaan dibagi oleh sekat.
5.   Dalam pertumbuhannya, Tubifora musica mengalami perubahan ukuran masing-masing 1 sentimeter pertahunnya.
6.   Habitatnya bisa ditemukan pada air jernih dan arus-arus.
7.   Hampir keseluruhan bagian pada tubuh terdapat suling-suling.
              Tubifora musica sering dikenal dengan sebutan karang suling karena bentuknya yang menyerupai suling. Terdiri dari bagian dorsal dan ventral. Hampir keseluruhan bagian pada tubuh terdapat suling-suling, antara suling yang satu dengan suling yang lain dipisahkan oleh sekat-sekat yang disebut platfoam.
               Karang-karangan ini bisa tumbuh atau hidup di dasar laut maksimal dalam kedalaman 40 kilometer. Jika lebih dari itu, maka dapat dipastikan bahwa karang bisa menghadapi kematian. 25 kilometer merupakan kedalaman terbaik untuk karang bisa hidup.  Dalam pertumbuhannya, Tubifora musica mengalami perubahan ukuran masing-masing 1 sentimeter pertahunnya. Habitatnya bisa ditemukan pada air jernih dan arus-arus. Namun beberapa tahun terakhir ini habitatnya sudah mulai berkurang disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor manusia maupun predator. Karena faktor-faktor tersebut dapat menghambat pertumbuhan maksimal karang.
              Ketika terjadi pengikisan pada Tubifora musica, maka kikisan itu akan terbawa oleh ombak menuju bagian bibir pantai sehingga menyebabkan perubahan-perubahan warna pada pasir. Seperti halnya yang terjadi pada pantai Pink yang ada di wilayah Lombok. Mula-mula perubahan warna itu tidak akan jelas terlihat pada saat cuaca panas seperti siang hari. Namun ketika cuaca sedikit gelap atau sinar matahari tidak terlalu mendominasi pantai seperti pada waktu pagi dan sore, maka warna pink itu akan terlihat sangat terang jan jelas.








BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
       Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut :
1.  Semua hewan yang termasuk dalam filum coelenterata memiliki suatu rongga yang dinamakan rongga usus (gastrovasculer) yang berfungsi untuk pernapasan.
2.  Hewan filum coelenterata tidak memiliki darah, organ respirasi, maupun organ ekskresi. Di dalam dinding tubuh terdapat jaringan difusi sel-sel saraf tidak beraturan, tetapi tanpa sel saraf pusat. Beberapa diantaranya memiliki bintik mata (ststocyst) dan umumnya berefroduksi secara metagenesis.
3. Struktur tubuh terdiri dari dua lapis sel, yaitu epidermis (ectoderm) dan gastrodermis (endoderm), habitatnya ada di perairan laut khususnya di dasar laut. Hewan-hewan yang termasuk ke dalam filum coelenterata memiliki fungsi dalam segi ekonomis karena dapat menarik minat wisatawan dalam melakukun kegiatan di dalam laut seperti diving, snorkling, dan lain sebagainya.
5.2. Saran
       Demi menjaga ketertiban pelaksanaan praktikum, praktikan  diharapkan untuk datang tepat waktu agar tidak mengganggu konsentrasi para praktikan yang lain ketika praktikum sedang berlangsung.
    


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Hewan Coelenterata. http://wordpress.com. Akses 03 April 2013.
Anonim, 2013. Filum coelenterata.  http://blogspot.com. Diakses 03 April 2013.
Diniarti, Nanda dkk, 2013. Panduan Praktikum Avertebrata Air. Mataram.
Rudi, 2012. Zoologi coelenterata. Jakarta.
Supriyanto, 1992. Avertebrata Air. Gramedia. Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar