LAPORAN
PRAKTIKUM
AVERTEBRATA
AIR
“PHYLUM
COELENTERATA”
Oleh:
NURHAYANI
PROGRAM
STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS
MATARAM
2013
HALAMAN
PENGESAHAN
Laporan
Praktikum Avertebrata Air acara 1 Coelenterata telah selesai disusun oleh :
Nama
: Nurhayani
Nim : C1K 012 059
Mengetahui
:
Asisten
Praktikum Praktikan
NANING DWI S. NURHAYANI
NIM.
C1K 011 029 NIM.
C1K 012 059
Tanggal Pengesahan :
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Istilah Coelenterata diambil dari
bahasa Yunani coilos=rongga, enteron=usus. Gabungan istilah
tersebut tidak diartikan sebagai hewan yang ususnya berongga, tetapi cukup
disebut hewan berongga. Istilah tersebut juga mengindikasikan bahwa hewan
coelenterate tidak memiliki rongga tubuh sebenarnya, melainkan hanya berupa
rongga sentral yang disebut Coelenterons.Habitat Coelenterata seluruhnya hidup
di air, baik di laut maupun di air tawar. Sebagian besar hidup dilaut secara
soliter atau berkoloni. Ada yang melekat pada bebatuan atau benda lain di dasar
perairan dan tidak dapat berpindah untuk bentuk polip, sedangkan bentuk medusa
dapat bergerak bebas melayang di air.
Coelenterata terutama kelas Anthozoa
yaitu koral atau karang merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu
karang. Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup beragam jenis hewan dan
ganggang. Dua puluh lima persen ikan yang dikonsumsi manusia juga hidup
pada ekosistem ini. Selain itu, terumbu karang sangat indah sehingga dapat di
jadikan objek wisata. Karang di pantai sangat bermanfaat sebagai penahan ombak
untuk mencengah pengikisan pantai.
Mengingat jumlah avertebrata begitu banyak khususnya
coelenterat maka perlu diadakan suatu pratikum bagi mahasiswa.
1.2.Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum ini antara
lain:
1. Melakukan
identifikasi hewan coelenterata
2. Mengetahui
ciri-ciri hewan coelenterata
3. Mengetahui
struktur, fungsi, dan kehidupan hewan coelenterata.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Coelenterata termasuk
hewan diploblastis, yaitu memiliki dua lapisan lembaga berupa ectoderm dan
endoderm. Dinding tubuh terdiri atas epidermis dan gastrodermis, dan diantara
kedua lapisan tersebut terdapat lapisan mesoglea. Baik epidermis, maupun
gestrodermis dilengkapi dengan sel-sel jelatang, deman didalamnya terdapat
kantung yang berisis racun dan dilengkapi dengan alat penyengat dan disebut
nematosit yang berfungsi sebagai alat pertahanan, melumpuhkan mangsanya, dan
terlibat dalam proses pencernaan (Muhammad, 2012).
Fungia
sp
merupakan karang yang
berbentuk seperti jamur, bisanya berkoloni dan berkembang ke samping. Terdapat
skeleton yang dibuat oleh epidermis. Tubuh radial simetris dengan warna putih keruh. Memilki organ anteron yang membuat pelipatan seperti konsntris yang biasa
disebut septa. Lapisan mesoglea bersifat seluler. Letak mulut tidak berlangsung
berhubungan dengan rongga enteron melaingkan langsung berhubungan kerongkongan.
Memiliki nematokosit yang ada pada bagian sebalah dalam dan gonad berasal dari
lapisan gastrodernal (Jasin, 1992).
Karang
jamur mempunyai lingkaran tahun yang menandakan usia dari kerang tersebut,
terdapat pori-pori untuk menangkap sari-sari makanan, mempunyai jumlah sekta yang
sama, dan hidupnya berkooni (Supriyanto, 1992)
Tubifora musica mempunyai lubang polip
sebagai tempat keluar masuknya air, dan juga ada tabung vertikal yang berfungsi
sebagai tempat menampung sari-sari air dan mineral yang masuk dalam lubang
polip. Polip merupakan monomorfik yang memiliki tubuh panjang. Tubipora musica dapat hidup di kedalam mencapai 20
m dan lebih suka terhadap cahaya yang terang (Anonim, 2012)
Acropora sp. merupakan tumbuhan yang hidup di air laut, bentuknya seperti
tumbuhan yang bercabang, warnanya putih kekuningan, menempelnya juga pada batu
yang terdapat di laut. Bentuk tubuhnya yang silindris membedakannya dengan
hewan lain yang se-filum. Acropora paling umum di lingkungan terumbu dangkal
dengan cahaya terang dan sedang hingga gerakan air yang tinggi. Banyak ikan
karang kecil tinggal di dekat koloni dan mundur mereka ke dalam rumpun cabang
jika terancam (Anonim, 2012)
BAB III. METODELOGI
PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Selasa, 02 April 2013 di Laboratorium
perikanan program studi Budidaya Perairan Universitas Mataram.
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
Tabel
3.1. Alat dan Bahan Praktikum
3.1.1.
Alat Praktikum
NO
|
Alat
|
Fungsi
|
1.
|
Bak Preparat
|
Tempat untuk meletakkan karang
yang diamati
|
2.
|
Kaca Pembesar
|
Untuk melihat lebih jelas
bagian-bagian tubuh karang
|
3.1.2. Bahan Praktikum
NO
|
Bahan
|
Fungsi
|
1.
|
Karang Jamur (Fungia
sp.)
|
Untuk diamati
|
2.
|
Karang Tanduk (Acropora
sp.)
|
Untuk diamati
|
3.
|
Karang Suling (Tubifora
musica)
|
Untuk diamati
|
4.
|
Favites sp.
|
Untuk diamati
|
2.3.Prosedur
Kerja
1. Disiapkan
alat dan bahan.
2. Digambar morfologi hewan
Coelenterata.
3.
Disebutkan
bagian-bagiannya dan menuliskan sistematikanya.
BAB IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karang Jamur (Fungia
sp.)
Tabel 4.1. Karang Jamur (Fungia sp.)
LEMBAR KERJA
|
|
Praktikum:
Coelenterata
Tanggal:
02 April 2013
Asisten:
Naning Dwi S.
|
Nama:
Nurhayani
NIM: C1K
012 059
Klp: 7(tujuh)
|
GAMBAR DORSAL
|
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Coelenterata Class : Anthozoa Ordo : Madreporaria Family : Fungiae Genus : Fungia Spesies : Fungia sp
Local name : Karang
Jamur
|
GAMBAR VENTRAL
|
KETERANGAN
1. Septa
2. Aboral
3. Lingkar
tahun
|
GAMBAR LITERATUR
Sumber :http://justfish.com/images
|
CIRI-CIRI
1. Dalam daur
hidupnya hanya mempunyai polip
2. Reproduksi
secara seksual dan aseksual.
3. Hidup
secara soliter, memiliki tentakel beragam warna.
4. Terdapat lingkar
tahun.
|
Fungia
adalah genus dari jamur. Anggota dari genus ditemukan tumbuh di terumbu karang
di Indo-Pasifik. Karang dalam genus Fungia
kebanyakan soliter, beberapa mencapai 30 cm (12 in) dengan diameter. Individu
yang lebih besar terbiasa memisahkan diri dan menjadi hidup bebas. Mereka
ditemukan dalam berbagai warna-warna cerah seperti putih, merah muda, merah,
ungu, biru dan kuning dan populer dengan penjaga akuarium karang. Terdapat
skeleton yang dibuat oleh epidermis, tubuh radial simetris. Cakram yang baik
bulat atau oval dan mulut pusat, yang dikelilingi oleh tentakel mungkin menjadi
celah.
Septum adalah elemen kerangka vertikal di
dalam dinding corallite dan costae bergabung septum dan terus luar corallite
tersebut. Dalam genus Fungia, baik
septum dan costae kuat dan duri dan gigi yang ditemukan pada mereka merupakan
karakteristik dari spesies yang berbeda. Anggota dari genus Fungia mungkin bingung dengan spesimen dari genus Cycloseris terkait tetapi yang terakhir
selalu hidup bebas.
Dinding rongga anteron
mengalami pelipatan secara konsentris yang biasa disebut septe. Lapisan
mesoglea bersifat seluler, letak mulut tidak langsung berhubungan dengan
kerongkongan sebelah dalam. Gonad berasal dari lapisan gastrodermal.
Sistem reprodoksi
berlangsung dengan cara spermatozoa pada jantung dipancarkan ke dalam air lalu
berenang mencari tubuh betina. Bisa juga dilakukan dengan cara bertunas
(aseksual). Sedangkan sistem pernapasan berlangsung secara difusi osmosis
langsung dari permukaan tubuhnya. Hewan ini tidak memiliki alat ekskresi
khusus, dan memiliki habitat di perairan laut hangat dan jernih dengan
menempelkan diri pada substrat menggunakan aboral yang terletak pada bagian
ventral tubuhnya.
4.2.Favites sp.
Tabel
4.2. Favites sp.
GAMBAR
DORSAL
|
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Coelenterata Class : Anthozoa
Sub class : Zhoantaria
Ordo : Madreporaria Family : Faviidae Genus : Favites Spesies : Favites sp |
GAMBAR
VENTRAL
|
KETERANGAN
1. Theca
2. Aboral
3. Septa
|
GAMBAR
LITERATUR
Sumber : habitatnews.nus.edu.sg
|
CIRI-CIRI
1.
Terdapat theca.
2.
Umumnya hidup berkoloni.
3. Tidak
memiliki jarak antarpolip.
4. Hidup
di laut dan tubuhnya menyerupai bunga.
5. Memiliki
skeleton yang dari epidermis.
6. Favites
sp. mempunyai 6 tentakel sederhana.
7. terdapat
siphonoglipha
|
Favites
adalah
karang yang paling umum dan produktif di dunia, berasal dari Indo-Pasifik dan
sangat mirip dengan Favia genus, berbagi banyak nama umum yang sama, dan
kadang-kadang menjadi sangat sulit untuk membedakan. Favites Karang ditemukan
dalam bentuk berbagai warna dan bentuk polip. "Karang Nanas" adalah
nama yang umum diberikan kepada mereka yang memiliki pola melingkar kecil. Pada
Favites sp., Polip individu berbagi
dinding dengan polip tetangga. Juga dikenal sebagai karang bulan, Favia sp. karang memiliki struktur yang
sama kecuali bahwa dinding antara polip individu tidak dibagi.
Favites
sp. pada umumnya hidup berkoloni dengan jalan gemmatia kesamping, kadang-kadang
gemmatia berkunpul ditengah sehingga terjadi suatu koloni yang padat. Skeleton
terbentuk olehepidermis yang berasal dari CaCO3 dan berbentuk seperti mangkuk.
Apabila skeleton dibentuk oleh satupolip maka disebut Corralit, namun bila
dibentuk oleh satu koloni maka disebut Corallium. Corallium dibentuk oleh
epidermis basis dan collumnia serta polip terdapat di dalamnya. Bentuk dari
polip itusendiri hampir simetris , serta tidak memiliki jarak antarpolip. Favites sp. mempunyai 6
tentakelsederhana yang tidak bercabang pada tubuhnya dan memiliki fungsi sebagai
conus yang berongga.Kebanyakan dari Favites
memiliki pola eksoskeleton pada polipnya dimana hal ini menunjukanbahwa
penataan sklerosepta bertipe sklerectina. Septa bertemu pada satu titik yang
disebut axis central. Jarak antar dinding luar (corallite) berlekatan sehingga
koloninya padat.
Pada tubuh Favites
sp. terdapat siphonoglipha dan misentinum tetapi tidak memiliki Chenechyma. Hewan
yang hidup di perairan laut ini berkelas anthozoa sehingga tubuhnya menyerupai
bunga.Memiliki sifat hematipitc dan individunya (polip) berbentuk hexagonal
(persegi enam).
4.3.Karang Tanduk (Acropora sp.)
Tabel 4.3. Karang Tanduk (Acropora sp.)
GAMBAR
DORSAL
|
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Coelenterata Class : Anthozoa
Sub class : Zhantaria
Ordo : Madreporaria Family : Acropodae Genus : Acropora Spesies : Acropora sp.
Local name : Karang tanduk
|
GAMBAR
VENTRAL
|
KETERANAGAN
1. Aboral
2. Pori-pori
3. Batang
primer
4. Batang
sekunder
|
GAMBAR LITERATUR
Sumber : http://waynesword.imegs.jpg
|
CIRI-CIRI
1. Hidup secara soliter.
2. Bentuknya seperti pohon.
3. Tedapat bintik yang merupakan mulut.
4. Mempunyai pori-pori.
5. Acropora paling umum di lingkungan terumbu
dangkal dengan cahaya terang.
6. Kebanyakan
spesies Acropora coklat atau hijau,
tetapi beberapa yang berwarna cerah.
7. Acropora dapat tumbuh sebagai piring atau
cabang ramping.
|
Seperti
karang lainnya, karang Acropora merupakan
koloni individu yang dikenal sebagai polip, yang sekitar 2 mm dan jaringan di
saham dan jaring saraf. Tergantung pada spesies dan lokasi, Acropora dapat tumbuh sebagai piring
atau cabang ramping. Polip dapat menarik kembali ke karang dalam menanggapi
gerakan atau gangguan oleh predator potensial, tetapi ketika mereka tidak
terganggu sedikit menonjol. Polip biasanya memperpanjang lebih lanjut di malam
hari untuk membantu menangkap plankton dan bahan organik terlarut dari
air. Acropora
paling umum di lingkungan terumbu dangkal dengan cahaya terang dan sedang
hingga gerakan air yang tinggi. Banyak ikan karang kecil tinggal di dekat
koloni dan mundur mereka ke dalam rumpun cabang jika terancam.
Kerusakan lingkungan telah
menyebabkan berkurang populasi Acropora,
bersama dengan jenis karang lainnya. Acropora
terutama rentan terhadap pemutihan saat stres. Pemutihan ini disebabkan oleh
hilangnya zooxanthellae karang, yang adalah warna cokelat keemasan. Karang
memutih yang telanjang putih dan mungkin mati jika baru Symbiodinium tidak
dapat diasimilasi. Penyebab umum pemutihan dan kematian karang termasuk polusi.
Kebanyakan spesies Acropora coklat atau hijau, tetapi beberapa yang berwarna cerah, dan orang-karang langka dihargai oleh aquarists. Propagasi Captive Acropora tersebar luas dalam komunitas karang. tergantung kondisi karang.
Kebanyakan spesies Acropora coklat atau hijau, tetapi beberapa yang berwarna cerah, dan orang-karang langka dihargai oleh aquarists. Propagasi Captive Acropora tersebar luas dalam komunitas karang. tergantung kondisi karang.
4.4. Karang Suling (Tubifora
musica)
Tabel 4.4. Karang Suling (Tubifora
musica)
GAMBAR
DORSAL
|
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Coelenterata Class : Anthozoa Ordo : Alcyonaria Family : Tubiforidae Genus : Tubifora Spesies : Tubifora musica
Local Name : Karang suling
|
GAMBAR
VENTRAL
|
KETERANGAN
1. Platfoam
2. Lubang
pori-pori
3. Vertikal
4. Aboral
|
GAMBAR
LITERATUR
Sumber : nitehawkripper.blogspot.com
|
CIRI-CIRI
1. Memiliki skeleton yang tersusun
dari spicula
2. Hanya memiliki bentuk polip
3. Mulut terletak datar
4. Rongga pencernaan dibagi oleh
sekat.
5. Dalam pertumbuhannya, Tubifora musica mengalami perubahan
ukuran masing-masing 1 sentimeter pertahunnya.
6. Habitatnya bisa ditemukan pada air
jernih dan arus-arus.
7. Hampir keseluruhan bagian pada
tubuh terdapat suling-suling.
|
Tubifora
musica sering dikenal dengan sebutan karang suling karena bentuknya yang
menyerupai suling. Terdiri dari bagian dorsal dan ventral. Hampir keseluruhan
bagian pada tubuh terdapat suling-suling, antara suling yang satu dengan suling
yang lain dipisahkan oleh sekat-sekat yang disebut platfoam.
Karang-karangan ini bisa tumbuh atau hidup di
dasar laut maksimal dalam kedalaman 40 kilometer. Jika lebih dari itu, maka
dapat dipastikan bahwa karang bisa menghadapi kematian. 25 kilometer merupakan
kedalaman terbaik untuk karang bisa hidup. Dalam pertumbuhannya, Tubifora musica mengalami perubahan ukuran masing-masing 1
sentimeter pertahunnya. Habitatnya bisa ditemukan pada air jernih dan
arus-arus. Namun beberapa tahun terakhir ini habitatnya sudah mulai berkurang
disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor manusia maupun predator. Karena
faktor-faktor tersebut dapat menghambat pertumbuhan maksimal karang.
Ketika
terjadi pengikisan pada Tubifora musica,
maka kikisan itu akan terbawa oleh ombak menuju bagian bibir pantai sehingga
menyebabkan perubahan-perubahan warna pada pasir. Seperti halnya yang terjadi
pada pantai Pink yang ada di wilayah Lombok. Mula-mula perubahan warna itu
tidak akan jelas terlihat pada saat cuaca panas seperti siang hari. Namun
ketika cuaca sedikit gelap atau sinar matahari tidak terlalu mendominasi pantai
seperti pada waktu pagi dan sore, maka warna pink itu akan terlihat sangat
terang jan jelas.
|
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun
beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah sebagai
berikut :
1. Semua hewan yang termasuk dalam filum
coelenterata memiliki suatu rongga yang dinamakan rongga usus (gastrovasculer)
yang berfungsi untuk pernapasan.
2. Hewan filum coelenterata tidak memiliki
darah, organ respirasi, maupun organ ekskresi. Di dalam dinding tubuh terdapat
jaringan difusi sel-sel saraf tidak beraturan, tetapi tanpa sel saraf pusat.
Beberapa diantaranya memiliki bintik mata (ststocyst) dan umumnya berefroduksi
secara metagenesis.
3. Struktur
tubuh terdiri dari dua lapis sel, yaitu epidermis (ectoderm) dan gastrodermis (endoderm),
habitatnya ada di perairan laut khususnya di dasar laut. Hewan-hewan yang
termasuk ke dalam filum coelenterata memiliki fungsi dalam segi ekonomis karena
dapat menarik minat wisatawan dalam melakukun kegiatan di dalam laut seperti diving, snorkling, dan lain sebagainya.
5.2. Saran
Demi menjaga ketertiban pelaksanaan
praktikum, praktikan diharapkan untuk
datang tepat waktu agar tidak mengganggu konsentrasi para praktikan yang lain
ketika praktikum sedang berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Hewan Coelenterata. http://wordpress.com. Akses 03 April 2013.
Anonim, 2013. Filum coelenterata. http://blogspot.com. Diakses 03 April 2013.
Diniarti, Nanda dkk, 2013. Panduan Praktikum Avertebrata Air. Mataram.
Rudi, 2012. Zoologi coelenterata. Jakarta.
Supriyanto, 1992. Avertebrata Air. Gramedia. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar