Kamis, 10 Oktober 2013

Acara 2 "FILUM BIVALVIA, CHEPALOPODA, ARTHROPODA”



LAPORAN PRAKTIKUM
AVERTEBRATA AIR
“BIVALVIA, CHEPALOPODA, ARTHROPODA”




Oleh:
NURHAYANI
C1K 012 059






PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS MATARAM
2013


HALAMAN PENGESAHAN
              Laporan praktikum Avertebrata Air acara 2 “Arthropoda, Bivalvia, Chepalopoda” telah selesai disusun oleh :
Nama : Nurhayani
NIM   : C1K 012 059






                                                Mengetahui :

Asisten Praktikum,                                                                  Praktikan,
                                                                                               
MUHSIN                                                                                NURHAYANI      CIK 010 050                                                                                CIK 012 059
Tanggal Pengesahan :


BAB I. PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup udang dan hewan sejenis lainnya.  Berasal dari kata Arthros = bersendi-sendi,  poda = kaki. Arthropoda adalah nama lain hewan berbuku-buku atau bersendi-sendi. Arthropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan udara, termasuk berbagai bentuk simbiosis dan parasit. Ada beberapa kelas yang terdapat pada filum anthropoda, salah satunya adalah kelas crustacea.
 Arthropoda memiliki beberapa karakteristik yang membedakan dengan filum yang lain yaitu : Tubuh bersegmen; segmen biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas, anggota tubuh bersegmen berpasangan, simetri bilateral, eksoskeleton berkitin.
            Filum lainnya yang termasuk avertebrata air adalah filum Mollusca. Berasal dari bahasa latin mollis = lunak, sehingga semua hewan yang termasuk ke dalam filum ini adalah hewan-hewan yang memiliki tubuh lunak. Terbagi menjadi kelas Gastropoda, Bivalvia, dan Chepalopoda.
              Mengingat pentingnya hewan Mollusca dan Arthropoda yang merupakan hewan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, maka perlu adanya praktikum untuk mahasiswa Budidaya Perairan demi memperluas pengetahuan di bidang budidaya, khususnya budidaya perairan laut.
1.2.  Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini antara lain :
1.        Melakukan identifikasi hewan Anthropoda, Bivalvia, dan Chepalopoda
2.        Mengetahui ciri-ciri hewan Anthropoda, Bivalvia, dan Chepalopoda
3.        Mengetahui struktur, fungsi, dan kehidupan hewan Anthropoda, Bivalvia, dan Chepalopoda

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
          Arthopoda berasal dari bahasa Yunani yaitu arthos, sendi dan podos, kaki oleh karena itu cir-ciri utama  hewan yang termasuk dalam filum ini adalah kaki yang tersusun atas ruas-ruas. Jumlah spesies anggota filum ini adalah terbanyak dibandingkan dengan filum lainnya yaitu lebih dari 800.000 spesies. Contoh anggota filum ini antara lain kepiting, udang, serangga, laba-laba, kalajengking, kelabang, dan kaki seribu, serta spesies-spesies lain yang dikenal hanya berdasarkan fosil. Habitat hewan anggota filum arthopoda di air dan di darat( Yusminah, 1992)
Anggota kelas Bivalvia ditandai oleh shell terdiri dari dua katup atau bagian. Bivalvia menggunakan kaki otot untuk bergerak. Sifon digunakan untuk menarik aliran air yang melewati insang untuk makan dan keperluan pernapasan. (Anonim,2005)
Para cephalopoda dianggap kelas yang paling sangat berkembang dari moluska. Organisme ini memiliki sistem visual yang sangat berkembang, dan tentakel dengan cangkir hisap. Mereka semua laut, dan predator aktif. Mereka adalah, oleh kebutuhan, perenang cepat yang menggunakan jet sebagai alat gerak.(Anonim, 2005)
Dalam kerang air tawar, sel telur yang telah matang akan dikeluarkan dari ovarium. Kemudian masuk ke dalam ruangan suprabranchial. Di sini terjadi pembuahan oleh sperma yang dilepaskan oleh hewan jantan. Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi larva glochidium. Larva ini pada beberapa jenis ada yang memiliki alat kait dan ada pula yang tidak. Selanjutnya larva akan keluar dari induknya dan menempel pada ikan sebagai parasit, lalu menjadi kista. Setelah beberapa hari kista tadi akan membuka dan keluarlah Mollusca muda. Akhirnya Mollusca ini hidup bebas di alam.(Yusuf, 2003)       
  Loligo sp. seperti halnya anggota Cephalopoda yang lainnya memiliki habitat di perairan laut. Hewan ini dapat hidup, baik di lautan dangkal hingga laut dalam.(Sridianti, 2007)

BAB III. METODELOGI PRAKTIKUM
3.1.   Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, 09 April 2013 di Laboratorium Perikanan program studi Budidaya Perairan Universitas Mataram.
3.2.   Alat dan Bahan Praktikum
Tabel 3.1. Alat Praktikum
NO
Nama Alat
Fungsi
1.
Bak  reparat
Tempat meletakkan bahan yang diamati
2.
Pinset
Untuk menunjuk bagian-bagian pada bahan yang diamati
3.
Kaca pembesar
Untuk melihat lebih jelas bagian-bagian pada bahan yang diamati

Tabel 3.2. Bahan Praktikum
NO
Nama Bahan
Fungsi
1.
Pinctada maxima, Anadara antiquata, Anadara granosa, Loligo sp., Sephia sp., Penaeus monodon, Cherax sp.
Sebagai bahan yang diamati.

3.3.  Prosedur Kerja
1.        Disiapkan alat dan bahan.
2.        Digambar morfologi hewan Anthropoda, Bivalvia, Chepalopoda.
3.        Disebutkan bagian-bagiannya dan dituliskan sistematikanya.



BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
Tabel 4.1. Kerang Mutiara (Pinctada maxima)
LEMBAR KERJA
GAMBAR DORSAL
KLASIFIKASI
Kingdom    :  Animalia
Phylum      :  Mollusca
Class          :  Pelecypoda
Ordo           :  Anysomyria
Family        :  Peteridae
Genus         :  Pinctada
Spesies        :  Pinctada maxima
Local name :  Kerang mutiara
GAMBAR VENTRAL
KLASIFIKASI
1.      Lapisan kapur
2.      Bibir mas
3.      Garis transisi
4.      Nachre
5.      Otot hingeligament
GAMBAR LITERATUR
Sumber: internetstones.com
CIRI-CIRI
1.      Habitat di perairan laut
2.      Memiliki periostrakum  yang berfungsi sebagai pelindung cangkang.
3.      Memiliki kepala tak nampak.
4.      Cangkang di bagian dorsal tebal dan di bagian ventral tipis.
5.      ketika ada sejenis daging di bagian cangkangnya, maka itu akan berfungsi sebagai kaki.
6.      Pada bagian dorsal, terdapat garis pertumbuhan. Sedangkan pada bagian ventral terdapat bagian seperti lapisan kapur.
Kerang yang hidup di laut seperti kerang mutiara (Pinctada maxima) adalah contoh kelas Bivalvia. Kebanyakan habitat kerang mutiara terdapat di perairan laut, namun hewan ini juga bisa hidup di air tawar, dasar laut, danau, kolam, atau sungai yang lainnya banyak mengandung zat kapur, zat kapur ini digunakan untuk membuat cangkangnya yang berfungsi untuk melindungi tubuh. Cangkang di bagian dorsal tebal dan di bagian ventral tipis. Kepalanya tidak nampak, ketika ada sejenis daging di bagian cangkangnya, maka itu akan berfungsi sebagai kaki. Fungsi kaki untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir.
Cangkang terdiri dari tiga lapisan, seperti yang dinyatakan oleh Anonim (2012) yaitu Periostrakum (bagian paling keras) adalah lapisan terluar dari zat kitin yang berfungsi sebagai pelindung cangkang, lapisan prismatik yang tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma, dan lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.
              Pada bagian dorsal, terdapat garis pertumbuhan. Sedangkan pada bagian ventral terdapat beberapa bagian seperti lapisan kapur, bibir mas yaitu garis kedua setelah lapisan kapur  yang terlihat berwarna-warni seperti pelangi, garis transisi, nachre (berwarna perak), dan otot hinge ligament yaitu engsel elastis yang berfungsi sebagai penghubung kedua katup pada Pinctada maxima.
              Secara mikroskopis, pada otot hinge ligament terdapat gigi-gigi yang berfungsi untuk makan dan atau pada proses pencernaan, kerang ini bersifat karnivora. Proses pertumbuhan mutiara di antara dua cangkang pada Pinctada maxima terjadi ketika kedua katup membuka. Pada  saat terbuka, banyak partikel-partikel yang masuk kemudiam menggumpal sehingga lama-kelamaan akan membentuk kristal mutiara. Mutiara yang kita kenal memiliki nilai ekonomis yang tinggi saat ini berasal dari proses-proses tersebut.
              Kerang Mutiara memiliki manfaat selain untuk perhiasan, juga dapat digunakan sebagai bahan dasar kosmetik. Pembudidayaan mutiara dianggap sangat perlu karena meningkatnya permintaan pasar terhadap mutiara alami, yang mengakibatkan persediaan mutiara di alam semakin terbatas dan untuk mendapatkan jenis mutiara yang sesuai dengan selera pasar juga semakin sulit. Kondisi ini mendorong manusia menganggap perlu mengembangkan budidaya kerang mutiara untuk mendapatkan kualitas mutiara yang terbaik. Pusat Pembudidayaan dan Perdagangan Mutiara Internasional berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.



Tabel 4.2. Kerang Bulu (Anadara antiqulata)
GAMBAR DORSAL
KLASIFIKASI
Kingdom    :  Animalia
Phylum      :  Mollusca
Class          :  Bivalvia
Ordo           :  Arcida
Family        :  Arcidae
Genus         :  Anadara
Spesies        :  Anadara antiquata
Local name :  Kerang bulu
GAMBAR VENTRAL
KETERANGAN
1.      Tonjolan umbo
2.      Bulu
3.      Radial line
4.      Sirkular line
5.      Hinge ligament
GAMBAR LITERATUR

Sumber :marinespecies.org
CIRI-CIRI
1.      Mempunyai bulu.
2.      Habitat terdapat di pasir berlumpur.
3.      Bernafas dengan insang.
4.      , kaki hewan ini berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan ke luar.
5.      Antara  tubuh dan mantel terdapat rongga mantelyang merupakan jalan masuk keluarnya air.
6.      Biasanya bersifat karnivora.
7.      Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan anus.
              Seperti halnya kerang mutiara (Pinctada maxima), kerang bulu (Anadara antiquata) juga merupakan anggota dari kelas Bivalvia yang termasuk ke dalam filum Mollusca. Morfologi kerang bulu hampir sama dengan kerang dara, namun yang membedakan adalah terdapatnya bulu-bulu pada bagian dorsal, radial line,dan sirkular line. Ketiga bagian tersebut tidak ditemukan pada kerang-kerang lain, baik itu kerang mutiara maupun kerang dara. Pada bagian dorsal juga terdapat tonjolan umbo yang berfungsi sebagai alat untuk menempel pada sustrat.
Jika memperhatikan kerang yang masih hidup, kaki hewan ini berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan ke luar. Hal ini sesuai dengan arti Pelecypoda (pelekis = kapak kecil; podos = kaki). Kerang bernafas dengan dua buah insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang banyak mengandung batang insang. Sementara itu antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel. Rongga ini merupakan jalan masuk keluarnya air.
Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa protozoa diatom, dll. Makanan ini dicerna di lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus. Habitat kerang ini bisa ditemukan di pasir berlumpur . biasanya bersifat karnivora.









Tabel 4.3. Kerang Dara (Anadara granosa)
GAMBAR DORSAL
KLASIFIKASI
Kingdom   :  Animalia
Phylum     :  Mollusca
Class         :  Bivalvia
Ordo          :  Arcida
Family       :  Arcidae
Genus        :  Anadara
Spesies       :  Anadara granosa
Local name :   Kerang dara
GAMBAR VENTRAL
KETERANGAN
1.      Tonjolan umbo
2.      Radial line
3.      Sirkular line
4.      Hinge ligament
GAMBAR LITERATUR

Sumber : sealifegifts.net

CIRI-CIRI
1.      Habitat kerang ini hidup di tempat yang berpasir dengan cara membenamkan diri.
2.      Memiliki periostractum sebagai tempat menempel daging
3.      Kerang ini memiliki cangkang yang tebal, kasar,  bulat, dan bergerigi.
4.      Gigi pada hinge ligament banyak dan sama.
5.      Cangkang memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain pada batas cangkang.
6.      Ditumbuhi bulu-bulu pada cangkangnya dan lebih tipis dibandingkan dengan Anadara granosa.
            Kerang darah merupakan salah satu jenis kerang dari kelas Bivalvia yang berpotensi dan memiliki nilai ekonomis untuk dikembangkan sebagai sumber protein dan mineral untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Kerang darah biasanya dijadikan makanan dan diproduksi dalam bentuk segar, hidup, kupas rebus, dan sate. Menurut Moeljanto dan Heruwati (1975) diacu dalam Kasry (2003) menyatakan bahwa komposisi kimia kerang dara (Anadara sp.) adalah air 83%, lemak 0.91%, protein 10.33% dan kadar abu 1.84%.
Pemanfaatan kerang saat ini masih terbatas pada konsumsi, dalam hewan segar atau diawetkan dengan penggaraman dan penyaringan. Pengawetan tersebut bertujuan untuk menghambat dan mencegah terjadinya kerusakan atau  mempertahankan mutu, menghindari terjadinya keracunan dan mempermudah penanganan serta penyimpanan.
Habitat kerang ini hidup di tempat yang berpasir dengan kedalaman 10 m sampai 30 m. Kerang Anadara termasuk kedalam subkelas Lamellibranchia, dimana filament insang memanjang dan melipat, seperti huruf W, antar filamen dihubungkan oleh cilia (filiaranchia) atau jaringan (eulamellibranchia). Anadara juga merupakan ordo Toxodonta, dimana gigi pada hinge banyak dan sama, kedua otot aduktor berukuran kurang lebih sama, pertautan antar filament insang tidak ada, seperti yang dinyatakan oleh Oemarjati (1990). Anadara granosa hidup dengan cara membenamkan diri di pantai-pantai yang berpasir. Anadara granosa umumnya dikenal dengan nama “kerang darah” .
Kerang darah (Anadara granosa) dan kerang bulu (Anadara antiquata) adalah famili arcidae dan genus anadara.  Secara umum kedua kerang ini memiliki morfologi yang hampir sama. Cangkang memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain pada batas cangkang. Perbedaan dari kedua kerang ini adalah morfologi cangkangnya. Kerang bulu (Anadara antiquata) memiliki cangkang yang ditutupi oleh rambut-rambut serta cangkang tersebut lebih tipis daripada kerang darah (Anadara granosa). Kerang darah memiliki cangkang yang lebih tebal, lebih kasar, lebih bulat dan bergerigi di bagian puncaknya serta tidak ditumbuhi oleh rambut-rambut, perbedaan ini dinyatakan oleh Suwignyo (2005). Selain dari morfologi cangkangnya, habitat juga mempengaruhi perbedaan pada Anadara antiquata dengan Anadara granosa. Anadara antiquata memiliki habitat hidup di lumpur, sedangkan Anadara granosa di pasir. Namun keduanya masih merupakan hewan karnivora.


Tabel 4.4. Cumi-cumi (Loligo sp.)
GAMBAR DORSAL
KLASIFIKASI
Kingdom   :  Animalia
Phylum     :  Mollusca
Class         :  Chepalopoda
Ordo          :  Tethoidea
Family       :  Loliginidae
Genus        :  Loligo
Spesies       :  Loligo sp.
Local name :  Cumi-cumi
GAMBAR VENTRAL
KETERANGAN
1.      Mata
2.      Sirip lateral
3.      Lengan
4.      Tentakel
5.      Siphon
GAMBAR LITERATUR


Sumber : m.kaskus.co.id
CIRI-CIRI
1.      Memiliki bentuk tubuh panjang, langsing dan bagian belakang meruncing.
2.      Terdiri atas kepala, leher dan badan.
3.      Di kepala terdapat sifon berfungsi sebagai kemudi.
4.       Pada kepala terdapat 8 tangan dan 2 tentakel panjang yang ujungnya terdapat batil isap.
5.      Mulut Loligo sp. terletak di bagian tengah (di antara) lengan dan tentakel.
6.      Terdapat bagian yang dinamakan sucker cup yang terletak di lengan berupa bintik-bintik hitam yang berfungsi menyerap atau menghirup makanan.
7.      Memiliki zat tinta hitam yang digunakan untuk perlindungan diri dari serangan musuh.
Cumi-cumi ( Loligo sp.) memiliki bentuk tubuh panjang, langsing dan bagian belakang meruncing. Terdiri atas kepala, leher dan badan. Kepala memiliki dua mata besar dan tidak berkelopak, Leher pendek dan badan berbentuk tabung mempunyai sirip di setiap sisinya. Pada kepala terdapat 8 tangan dan 2 tentakel panjang yang ujungnya terdapat batil isap. Di posterior kepala terdapat sifon atau corong berotot yang berfungsi sebagai kemudi. Di bagian perut, terdapat cairan tinta berwarna hitam yang mengandung pigmen melanin.  Mantel berwarna putih dengan bintik-bintik merah ungu sampai kehitaman dan diselubungi selaput tipis berlendir.
            Ada beberapa bagian baik secara morfologi atau anatomi yang terdapat pada Loligo sp., seperti yang dinyatakan Anonim (1997)  yaitu Sifon berfungsi untuk mengeluarkan air pergerakan, lengan berfungsi untuk memanipulasi mangsa, memasukkan makanan kedalam mulut, tentakel berfungsi untuk menangkap mangsa, batil penghisap berfungsi untuk melekatkan mangsa, mulut berfungsi untuk saluran utama makanan,  mantel berfungsi untuk melindungi bagian tubuh internal, sirip berfungsi untuk kesembangan tubuh, pergerakan atau kemudi, dan yang terakhir  mata berfungsi untuk sensor fotoreseptor atau indera penglihatan.
Mulut Loligo sp. terletak di bagian tengah (di antara) lengan dan tentakel. Terdapat bagian yang dinamakan sucker cup yang terletak di lengan berupa bintik-bintik hitam yang berfungsi menyerap atau menghirup makanan. Alat penyemprot (siphon) merupakan alat penyemprot yang mampu mengeluarkan tinta hitam yang digunakan oleh Loligo untuk mengelabui musuh atau sebagai alat perlindungan diri.  Ketika siphon meyerap air, maka bagian bawahnya akan mengembang, setelah itu ia akan menyemprotkan tinta hitam tersebut kepada musuh. Siphon mengandung 74-76% suatu zat kimia sehingga mampu menyemprotkan tinta hitam.
Cumi-cumi berhabitat di laut. Kemungkinan hidup di air dalam selama musim dingin, tetapi terkadang dia memasuki air dangkal untuk menetaskan telurnya.



Tabel 4.5. Sotong (Sepia sp.)
GAMBAR DORSAL
KLASIFIKASI
Kingdom   :  Animalia
Phylum     :  Mollusca
Class         :  Chepalopoda
Ordo          :  Sepiida
Family       :  Sepiidae
Genus        :  Sephia
Spesies       :  Sephia sp.
Local name :   Sotong
GAMBAR VENTRAL
KETERANGAN
1.      Lengan
2.      Tentakel
3.      Mata
GAMBAR LITERATUR


Sumber : http://scrib.com/images
CIRI-CIRI
1.      Terdiri atas kepala dan leher.
2.      Kepala memiliki dua mata besar dan tidak berkelopak
3.      Leher pendek dan badan berbentukpipih mempunyai sirip di setiap sisinya  sampai ke bagian pangkal kepala.
4.      Pada kepala terdapat 8 tangan dan 2 tentakel panjang.
5.      Terdapat bintik-bintik warna yang bisa berubah-ubah sesuai dengan keadaan di sekitarnya.
              Secara morfologi, sotong hampir sama dengan cumi-cumi. Namun jika dilihat dari ukuran, tubuh sotong  lebih besar jika dibandingkan dengan cumi-cumi dan bagian belakang meruncing (rhomboidal). Terdiri atas kepala dan leher. Kepala memiliki dua mata besar dan tidak berkelopak, Leher pendek dan badan berbentuk pipih mempunyai sirip di setiap sisinya  sampai ke bagian pangkal kepala. Pada kepala terdapat 8 tangan dan 2 tentakel panjang.
Sotong sering kali disalahtafsirkan sebagai cumi-cumi. Keduanya berbeda karena sotong bertubuh pipih, sementara cumi-cumi lebih berbentuk silinder. Selain itu, cangkang dalam sotong tersusun dari kapur yang keras, sedangkan pada cumi-cumi lunak dan transparan. Pada sotong sirip di setiap sisinya sampai ke bagian pangkal kepala, sedangkan cumi-cumi sirip sisinya cuma ada di sekitar bagian ujung ekornya. Cangkang dalam sotong biasa digunakan sebagai sumber kalsium bagi burung peliharaan.
Pada bagian tubuh sotong terdapat bintik-bintik warna yang bisa berubah-ubah sesuai dengan keadaan di sekitarnya. Bintik-bintik itu akan berwarna biru ketika sotong telah siap kawin, namun bintik-bintik itu akan berubah menjadi merah ketika sotong menyadari ada mangsa atau predator di sekitarnya. Hal itu terbukti ketika kita melihat sotong-sotong yang telah ditangkap akan memiliki bintik-bintik merah, karena ia menganggap kita sebagai predator yang bisa mengancam keselamatannya. Habitatnya persis sama dengan cumi-cumi yaitu di perairan laut, umumnya berjalan seperti ubur-ubur. Begitu juga dengan cumi-cumi.
             


Tabel 4.6. Lobster (Cherax sp.)
GAMBAR DORSAL
KLASIFIKASI
Kingdom   :  Animalia
Phylum     :  Mollusca
Class         :  Chepalopoda
Ordo          :  Decapoda
Family       :  Palinuridae
Genus        :  Cherax
Spesies       :  Cherax sp.
Local name :   Lobster
GAMBAR VENTRAL
KETERANGAN
1.      Antena
2.      Segmen
3.      Ekor kipas
4.      Rostrum
5.      Kaki jalan
6.      Kaki renang
7.      Mata
GAMBAR LITERATUR








Sumber : http://seasonscatch.com .
CIRI-CIRI
1.      Tubuh lobster terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang.
2.      Kepala lobster ditutupi oleh cangkang.
3.      Memiliki antena sepasang antena yang berfungsi sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi lingkungan.
4.      Kedua matanya memiliki tangkai dan bisa bergerak.
5.      Habitat lobster bisa ditemukan di perairan laut maupun tawar.
6.      bagian bawahnya tidak tertutup, tetapi berisi enam kaki renang (pleopoda).
7.      Alat kelamin terletak di bawah kaki renang.



            Lobster merupakan salah satu anggota kelas Crustacea yang tergolong filum Arthropoda. Filum Anthropoda merupakan filum terbesar dari kingdom animalia. Dimana yang termasuk ke dalam filum ini adalah hewan-hewan yang memiliki anggota badan yang bersendi-sendi. 
              Morfologi tubuh lobster terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan terdiri dari bagian kepala dan dada. Kedua bagian itu disebut cephalothorac. Kepala lobster ditutupi oleh cangkang kepala, yang disebut carapace (karapas). Kelopak kepala bagian depan disebut rostrum. Bentuknya runcing dan bergerigi. Kepala lobster terdiri dari enam ruas. Pada bagian itu terdapat beberapa organ lain. Sepasang mata berada pada ruas pertama. Kedua mata itu memiliki tangkai dan bisa bergerak.
              Wiyanto dan Hartono (2003) menyatakan bahwa, pada ruas kedua dan ketiga terdapat sungut kecil, yang disebut antennula, dan sungut besar yang disebut antenna. Sedangkan pada ruas keempat, kelima dan keenam terdapat rahang (mandibula), maxilla I dan maxilla II. Ketiga bagian ini berfungsi sebagai alat makan. Organ lain yang ada pada bagian kepala adalah kaki jalan, jumlahnya empat pasang, dengan ukuran kaki paling depan lebih besar. Bagian belakang terdiri dari badan dan ekor. Kedua bagian itu disebut abdomen. Pada bagian atas abdomen ditutupi dengan enam buah kelopak, sedangkan bagian bawahnya tidak tertutup, tetapi berisi enam kaki renang (pleopoda). Ekor terdiri dari bagian tengah yang disebut telson dan bagian samping yang disebut uropoda.
              Lobster merupakan hewan yang seluruh tubuhnya terbungkus cangkang (ekternal skeleton). Lobster  memiliki alat pelengkap pada bagian luar, yaitu sepasang antena yang berfungsi sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi lingkungan, sepasang antenula yang berfungsi sebagai alat penciuman, mulut dan sepasang capit (cheliped) yang lebar dengan ukuran lebih panjang jika dibandingkan dengan ruas dasar capitnya, enam ruas badan (abdomen) sedikit memipih dengan lebar rata-rata hampir sama dengan lebar kepala, ekor.
               Ekor terdiri dari ekor tengah (telson) memipih, sedikit lebar dan dilengkapi duri-duri halus yang muncul di semua bagian tepi ekor. Bagian ekor lainnya adalah dua pasang ekor samping (uropod) yang juga memipih. Enam pasang kaki renang (pleopoda) yang berperan dalam melakukan gerakan renang. Disamping sebagai alat berenang, kaki induk pada lobster betina digunakan sebagai alat untuk menambah oksigen dengan pergerakannya. Selain itu juga digunakan untuk membersihkan telur atau larva dari tumpukan kotoran yang terendap, empat pasang kaki jalan (pereipoda) seperti pernyataan Iskandar (2003) yang diacu oleh susanto (2010).
              Untuk Lobster betina, alat kelaminnya bisa ditemukan pada kaki renang urutan ke-3. Sedangkan pada jantan, pada kaki renang urutan ke-5 akan ditemukan tonjolan yang merupakan alat kelaminnya. Alat kelamin berada di bawah kaki renang karena untuk menjaga keamanan telur. Habitat lobster bisa ditemukan di perairan laut maupun tawar.


Tabel 4.7. Udang (Penaeus monodon)
GAMBAR DORSAL
KLASIFIKASI
Kingdom :  Animalia
Filum       :  Arthhopoda
Ordo        :  Decapoda
Famili     :   Penaeidae
Genus     :   Penaeus
Spesies   :   Penaeus monodon
Local name : Udang
GAMBAR VENTRAL
KETERANGAN
1.      Segmen
2.      Kaki renang
3.      Mata
4.      Rostrum
5.      Antena
6.      Ekor kipas
7.      Kaki jalan
8.      Telsom
GAMBAR LITERATUR


Sumber : File://id.wikipedia.org/wiki/Artropoda
CIRI-CIRI
1.      Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas.
2.       Terdapat sepasang sungut besar atau antenna.
3.      Memiliki sepasang mata majemuk.
4.      Mulutnya  terletak pada bagian bawah kepala.
5.       Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya hidup diperairan laut, 10% diperairan air tawar.
                  Secara morfologis, tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas  4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing .Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau Carapace. Bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau rostrum. Pada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi untuk  P. monodon.
Udang memiliki sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan., mulutnya  terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula) yang kuat. Terdapat sepasang sungut besar atau antenna dan dua pasang sungut kecil atau antennula. Udang juga memiliki sepasang sirip kepala (Scophocerit) dan sepasang alat pembantu rahang (Maxilliped). Untuk alat gerak udang memiliki lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan pertama, kedua dan ketiga bercapit yang dinamakan cheladan pada bagian dalam  terdapat hepatopankreas, jantung dan insang.
Bagian badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam.
 Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya hidup diperairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan teresterial seperti yang dinyatakan oleh Abele (1982). Udang laut merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan terbatas dan mentolerir perubahan salinitas. Kelompok ini biasanya hidup terbatas pada daerah terjauh pada estuari yang umumnya mempunyai salinitas 30% atau lebih. Kelompok yang mempunyai kemampuan untuk mentolerir variasi penurunan salinitas sampai dibawah 30% hidup di daerah terestrial dan menembus hulu estuari dengan
tingkat kejauhan bervariasi sesuai dengan kemampuan spesies untuk mentolerir
penurunan tingkat salinitas.



BAB V. PENUTUP
5.1.   Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.    Hewan-hewan yang termasuk ke dalam filum Anthropoda merupakan hewan-hewan yang memiliki anggota badan yang bersendi-sendi. Sedangkan hewan-hewan yang termasuk ke dalam filum Mollusca adalah hewan-hewan yang memiliki tubuh lunak.
2.    Ciri-ciri umum dari Anthropoda yaitu tubuh simetris bilateral terdiri atas sejumlah ruas-ruas, tubuh dibungkus oleh zat chitine sebagai eksoskeleton, dan mempunyai appendages yang beruas. Sedangkan Mollusca memiliki ciri-ciri tidak bersegmen, kepala berada di antara tubuh, dan pada bagian visceral terdapat kaki musculer.
3.    Struktur tubuh Anthropoda terdiri dari cangkang yang keras yang berfungsi untuk melindungi tubuh. Sedangkan Mollusca sedikit lunak namun memiliki cangkang sebagai alat perlindungan seperti halnya Anthropoda. Habitat keduanya bisa ditemukan di laut maupun tawar.
5.2.  Saran
     Suasana praktikum mungkin akan lebih kondusif lagi apabila para asisten praktikum tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengganggu konsentrasi praktikan. Seperti mengganggu kelompok lain yang sedang berdiskusi.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Ekologi Kerang Bulu. http://widrozano.wordpress.com. [Rabu, 10 April 2013].
Anonim, 2010. Anthropoda. http://aqshabiogger.blogspot.com. [Rabu, 10 April 2013].
Sridianti, 2007. Phylum Mollusca. Gramedia. Jakarta.
Hala,Yusminah. 2007. Daras Biologi Umum II. Alauddin Press. Makassar.
Suwignyo, Sugiarto. 2005. Avetebrata Air Jilid I1. Penebar Swadaya. Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar