LAPORAN
PRAKTIKUM
AVERTEBRATA
AIR
“BIVALVIA,
CHEPALOPODA, ARTHROPODA”
Oleh:
NURHAYANI
C1K 012 059
PROGRAM
STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS
MATARAM
2013
HALAMAN
PENGESAHAN
Laporan praktikum Avertebrata Air
acara 2 “Arthropoda, Bivalvia, Chepalopoda” telah selesai disusun oleh :
Nama
: Nurhayani
NIM : C1K 012 059
Mengetahui
:
Asisten
Praktikum, Praktikan,
MUHSIN NURHAYANI CIK
010 050 CIK
012 059
Tanggal
Pengesahan :
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Arthropoda
adalah filum yang paling
besar dalam dunia hewan
dan mencakup udang dan hewan sejenis lainnya. Berasal dari kata Arthros = bersendi-sendi, poda = kaki. Arthropoda adalah nama lain
hewan berbuku-buku atau bersendi-sendi. Arthropoda biasa ditemukan di laut, air
tawar, darat, dan lingkungan udara, termasuk berbagai bentuk simbiosis dan
parasit. Ada beberapa kelas yang terdapat pada filum anthropoda, salah satunya
adalah kelas crustacea.
Arthropoda memiliki beberapa karakteristik
yang membedakan dengan filum yang lain yaitu : Tubuh bersegmen; segmen
biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas, anggota tubuh bersegmen
berpasangan, simetri bilateral, eksoskeleton berkitin.
Filum
lainnya yang termasuk avertebrata air adalah filum Mollusca. Berasal dari
bahasa latin mollis = lunak, sehingga
semua hewan yang termasuk ke dalam filum ini adalah hewan-hewan yang memiliki
tubuh lunak. Terbagi menjadi kelas Gastropoda, Bivalvia, dan Chepalopoda.
Mengingat
pentingnya hewan Mollusca dan Arthropoda yang merupakan hewan yang memiliki
nilai ekonomis tinggi, maka perlu adanya praktikum untuk mahasiswa Budidaya
Perairan demi memperluas pengetahuan di bidang budidaya, khususnya budidaya
perairan laut.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum
ini antara lain :
1.
Melakukan identifikasi hewan Anthropoda,
Bivalvia, dan Chepalopoda
2.
Mengetahui ciri-ciri hewan Anthropoda,
Bivalvia, dan Chepalopoda
3.
Mengetahui struktur, fungsi, dan
kehidupan hewan Anthropoda, Bivalvia, dan Chepalopoda
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Arthopoda berasal dari bahasa Yunani
yaitu arthos, sendi dan podos, kaki oleh karena itu cir-ciri
utama hewan yang termasuk dalam filum ini adalah kaki yang tersusun atas
ruas-ruas. Jumlah spesies anggota filum ini adalah terbanyak dibandingkan
dengan filum lainnya yaitu lebih dari 800.000 spesies. Contoh anggota filum ini
antara lain kepiting, udang, serangga, laba-laba, kalajengking, kelabang, dan
kaki seribu, serta spesies-spesies lain yang dikenal hanya berdasarkan fosil.
Habitat hewan anggota filum arthopoda di air dan di darat( Yusminah, 1992)
Anggota kelas Bivalvia ditandai oleh
shell terdiri dari dua katup atau bagian. Bivalvia menggunakan kaki otot untuk
bergerak. Sifon digunakan untuk menarik aliran air yang melewati insang untuk
makan dan keperluan pernapasan. (Anonim,2005)
Para cephalopoda dianggap kelas yang
paling sangat berkembang dari moluska. Organisme ini memiliki sistem visual
yang sangat berkembang, dan tentakel dengan cangkir hisap. Mereka semua laut,
dan predator aktif. Mereka adalah, oleh kebutuhan, perenang cepat yang
menggunakan jet sebagai alat gerak.(Anonim, 2005)
Dalam kerang air tawar, sel telur
yang telah matang akan dikeluarkan dari ovarium. Kemudian masuk ke dalam
ruangan suprabranchial. Di sini terjadi pembuahan oleh sperma yang dilepaskan
oleh hewan jantan. Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi larva
glochidium. Larva ini pada beberapa jenis ada yang memiliki alat kait dan ada
pula yang tidak. Selanjutnya larva akan keluar dari induknya dan menempel pada
ikan sebagai parasit, lalu menjadi kista. Setelah beberapa hari kista tadi akan
membuka dan keluarlah Mollusca muda. Akhirnya Mollusca ini hidup bebas di alam.(Yusuf,
2003)
Loligo sp. seperti
halnya anggota Cephalopoda yang lainnya memiliki habitat di perairan laut.
Hewan ini dapat hidup, baik di lautan dangkal hingga laut dalam.(Sridianti,
2007)
BAB III.
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan
Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
selasa, 09 April 2013 di Laboratorium Perikanan program studi Budidaya Perairan
Universitas Mataram.
3.2. Alat dan Bahan
Praktikum
Tabel 3.1.
Alat Praktikum
NO
|
Nama Alat
|
Fungsi
|
1.
|
Bak reparat
|
Tempat meletakkan bahan yang diamati
|
2.
|
Pinset
|
Untuk menunjuk bagian-bagian pada bahan yang diamati
|
3.
|
Kaca pembesar
|
Untuk melihat lebih jelas bagian-bagian pada bahan
yang diamati
|
Tabel 3.2. Bahan
Praktikum
NO
|
Nama Bahan
|
Fungsi
|
1.
|
Pinctada
maxima, Anadara antiquata, Anadara granosa, Loligo sp., Sephia sp., Penaeus monodon, Cherax
sp.
|
Sebagai bahan yang diamati.
|
3.3. Prosedur Kerja
1.
Disiapkan alat dan
bahan.
2.
Digambar morfologi
hewan Anthropoda, Bivalvia, Chepalopoda.
3.
Disebutkan
bagian-bagiannya dan dituliskan sistematikanya.
BAB
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
Tabel
4.1. Kerang Mutiara (Pinctada maxima)
LEMBAR KERJA
|
|
GAMBAR
DORSAL
|
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Pelecypoda
Ordo : Anysomyria
Family : Peteridae
Genus : Pinctada
Spesies : Pinctada maxima
Local name : Kerang mutiara
|
GAMBAR
VENTRAL
|
KLASIFIKASI
1.
Lapisan kapur
2.
Bibir mas
3.
Garis transisi
4.
Nachre
5.
Otot hingeligament
|
GAMBAR
LITERATUR
Sumber: internetstones.com
|
CIRI-CIRI
1.
Habitat di perairan laut
2.
Memiliki periostrakum yang berfungsi sebagai pelindung cangkang.
3.
Memiliki kepala tak nampak.
4.
Cangkang di bagian dorsal tebal dan di bagian
ventral tipis.
5.
ketika ada sejenis daging di bagian cangkangnya,
maka itu akan berfungsi sebagai kaki.
6.
Pada bagian dorsal, terdapat garis pertumbuhan.
Sedangkan pada bagian ventral terdapat bagian seperti lapisan kapur.
|
Kerang yang hidup di laut seperti
kerang mutiara (Pinctada maxima) adalah
contoh kelas Bivalvia. Kebanyakan habitat kerang mutiara terdapat di perairan
laut, namun hewan ini juga bisa hidup di air tawar, dasar laut, danau, kolam,
atau sungai yang lainnya banyak mengandung zat kapur, zat kapur ini digunakan
untuk membuat cangkangnya yang berfungsi untuk melindungi tubuh. Cangkang di
bagian dorsal tebal dan di bagian ventral tipis. Kepalanya tidak nampak, ketika
ada sejenis daging di bagian cangkangnya, maka itu akan berfungsi sebagai kaki.
Fungsi kaki untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir.
Cangkang terdiri dari tiga lapisan, seperti
yang dinyatakan oleh Anonim (2012) yaitu Periostrakum (bagian paling keras)
adalah lapisan terluar dari zat kitin yang berfungsi sebagai pelindung
cangkang, lapisan prismatik yang tersusun dari kristal-kristal kapur yang
berbentuk prisma, dan lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara,
tersusun dari lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.
Pada bagian
dorsal, terdapat garis pertumbuhan. Sedangkan pada bagian ventral terdapat
beberapa bagian seperti lapisan kapur, bibir mas yaitu garis kedua setelah
lapisan kapur yang terlihat
berwarna-warni seperti pelangi, garis transisi, nachre (berwarna perak), dan otot hinge ligament yaitu engsel elastis yang berfungsi sebagai
penghubung kedua katup pada Pinctada
maxima.
Secara
mikroskopis, pada otot hinge ligament
terdapat gigi-gigi yang berfungsi untuk makan dan atau pada proses pencernaan,
kerang ini bersifat karnivora. Proses pertumbuhan mutiara di antara dua
cangkang pada Pinctada maxima terjadi
ketika kedua katup membuka. Pada saat
terbuka, banyak partikel-partikel yang masuk kemudiam menggumpal sehingga
lama-kelamaan akan membentuk kristal mutiara. Mutiara yang kita kenal memiliki
nilai ekonomis yang tinggi saat ini berasal dari proses-proses tersebut.
Kerang
Mutiara memiliki manfaat selain untuk perhiasan, juga dapat digunakan sebagai
bahan dasar kosmetik. Pembudidayaan mutiara dianggap sangat perlu karena
meningkatnya permintaan pasar terhadap mutiara alami, yang mengakibatkan persediaan
mutiara di alam semakin terbatas dan untuk mendapatkan jenis mutiara yang
sesuai dengan selera pasar juga semakin sulit. Kondisi ini mendorong manusia
menganggap perlu mengembangkan budidaya kerang mutiara untuk mendapatkan
kualitas mutiara yang terbaik. Pusat Pembudidayaan dan Perdagangan Mutiara
Internasional berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Tabel
4.2. Kerang Bulu (Anadara antiqulata)
GAMBAR DORSAL
|
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class :
Bivalvia
Ordo : Arcida
Family : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara antiquata
Local name : Kerang bulu
|
GAMBAR VENTRAL
|
KETERANGAN
1.
Tonjolan umbo
2.
Bulu
3. Radial line
4. Sirkular line
5.
Hinge ligament
|
GAMBAR
LITERATUR
Sumber
:marinespecies.org
|
CIRI-CIRI
1.
Mempunyai bulu.
2.
Habitat terdapat di pasir
berlumpur.
3.
Bernafas dengan insang.
4.
, kaki hewan ini berbentuk seperti kapak pipih yang
dapat dijulurkan ke luar.
5.
Antara tubuh
dan mantel terdapat rongga mantelyang merupakan jalan masuk keluarnya air.
6.
Biasanya bersifat karnivora.
7.
Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan,
lambung, usus dan anus.
|
Seperti
halnya kerang mutiara (Pinctada maxima),
kerang bulu (Anadara antiquata) juga
merupakan anggota dari kelas Bivalvia yang termasuk ke dalam filum Mollusca.
Morfologi kerang bulu hampir sama dengan kerang dara, namun yang membedakan
adalah terdapatnya bulu-bulu pada bagian dorsal, radial line,dan sirkular
line. Ketiga bagian tersebut tidak ditemukan pada kerang-kerang lain, baik
itu kerang mutiara maupun kerang dara. Pada bagian dorsal juga terdapat
tonjolan umbo yang berfungsi sebagai alat untuk menempel pada sustrat.
Jika memperhatikan kerang yang masih
hidup, kaki hewan ini berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan ke
luar. Hal ini sesuai dengan arti Pelecypoda (pelekis = kapak kecil; podos =
kaki). Kerang bernafas dengan dua buah insang dan bagian mantel. Insang ini
berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang banyak mengandung batang insang.
Sementara itu antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel. Rongga ini
merupakan jalan masuk keluarnya air.
Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan,
lambung, usus dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran
yang sama dengan saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan
kerang ini adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa
protozoa diatom, dll. Makanan ini dicerna di lambung dengan bantuan getah
pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus. Habitat kerang ini bisa ditemukan
di pasir berlumpur . biasanya bersifat karnivora.
Tabel
4.3. Kerang Dara (Anadara granosa)
GAMBAR DORSAL
|
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Bivalvia
Ordo : Arcida
Family : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara granosa
Local
name : Kerang dara
|
GAMBAR VENTRAL
|
KETERANGAN
1.
Tonjolan umbo
2. Radial line
3. Sirkular line
4.
Hinge ligament
|
GAMBAR
LITERATUR
Sumber
: sealifegifts.net
|
CIRI-CIRI
1.
Habitat kerang ini hidup di tempat yang berpasir
dengan cara membenamkan diri.
2.
Memiliki
periostractum sebagai tempat menempel daging
3.
Kerang ini memiliki cangkang yang tebal, kasar, bulat, dan bergerigi.
4.
Gigi pada hinge
ligament banyak dan sama.
5.
Cangkang memiliki belahan yang sama melekat satu
sama lain pada batas cangkang.
6.
Ditumbuhi bulu-bulu pada cangkangnya dan lebih
tipis dibandingkan dengan Anadara
granosa.
|
Kerang darah merupakan salah satu
jenis kerang dari kelas Bivalvia yang berpotensi dan memiliki nilai ekonomis
untuk dikembangkan sebagai sumber protein dan mineral untuk memenuhi kebutuhan
pangan masyarakat Indonesia. Kerang darah biasanya dijadikan makanan dan
diproduksi dalam bentuk segar, hidup, kupas rebus, dan sate. Menurut Moeljanto
dan Heruwati (1975) diacu dalam Kasry (2003) menyatakan bahwa komposisi kimia
kerang dara (Anadara sp.) adalah air 83%, lemak 0.91%, protein 10.33%
dan kadar abu 1.84%.
Pemanfaatan kerang saat ini masih terbatas pada konsumsi,
dalam hewan segar atau diawetkan dengan penggaraman dan penyaringan. Pengawetan
tersebut bertujuan untuk menghambat dan mencegah terjadinya kerusakan atau mempertahankan mutu, menghindari terjadinya
keracunan dan mempermudah penanganan serta penyimpanan.
Habitat kerang ini hidup di tempat yang berpasir dengan
kedalaman 10 m sampai 30 m. Kerang Anadara termasuk kedalam subkelas
Lamellibranchia, dimana filament insang memanjang dan melipat, seperti huruf W,
antar filamen dihubungkan oleh cilia (filiaranchia) atau jaringan
(eulamellibranchia). Anadara juga merupakan ordo Toxodonta, dimana gigi pada
hinge banyak dan sama, kedua otot aduktor berukuran kurang lebih sama,
pertautan antar filament insang tidak ada, seperti yang dinyatakan oleh
Oemarjati (1990). Anadara granosa hidup dengan cara membenamkan diri di
pantai-pantai yang berpasir. Anadara granosa umumnya dikenal dengan nama
“kerang darah” .
Kerang darah (Anadara granosa) dan kerang bulu (Anadara
antiquata) adalah famili arcidae dan genus anadara. Secara umum kedua kerang ini memiliki
morfologi yang hampir sama. Cangkang memiliki belahan yang sama melekat satu
sama lain pada batas cangkang. Perbedaan dari kedua kerang ini adalah morfologi
cangkangnya. Kerang bulu (Anadara antiquata) memiliki cangkang yang
ditutupi oleh rambut-rambut serta cangkang tersebut lebih tipis daripada kerang
darah (Anadara granosa). Kerang darah memiliki cangkang yang lebih
tebal, lebih kasar, lebih bulat dan bergerigi di bagian puncaknya serta tidak
ditumbuhi oleh rambut-rambut, perbedaan ini dinyatakan oleh Suwignyo (2005).
Selain dari morfologi cangkangnya, habitat juga mempengaruhi perbedaan pada Anadara antiquata dengan Anadara granosa. Anadara antiquata
memiliki habitat hidup di lumpur, sedangkan Anadara
granosa di pasir. Namun keduanya masih merupakan hewan karnivora.
Tabel
4.4. Cumi-cumi (Loligo sp.)
GAMBAR
DORSAL
|
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Chepalopoda
Ordo : Tethoidea
Family : Loliginidae
Genus : Loligo
Spesies : Loligo
sp.
Local name : Cumi-cumi
|
GAMBAR
VENTRAL
|
KETERANGAN
1.
Mata
2.
Sirip lateral
3.
Lengan
4.
Tentakel
5.
Siphon
|
GAMBAR
LITERATUR
Sumber :
m.kaskus.co.id
|
CIRI-CIRI
1.
Memiliki bentuk tubuh panjang, langsing dan bagian
belakang meruncing.
2.
Terdiri atas kepala, leher dan badan.
3.
Di kepala terdapat sifon berfungsi sebagai kemudi.
4.
Pada kepala
terdapat 8 tangan dan 2 tentakel panjang yang ujungnya terdapat batil isap.
5.
Mulut Loligo sp.
terletak di bagian tengah (di antara) lengan dan tentakel.
6.
Terdapat bagian yang dinamakan sucker cup yang terletak di lengan berupa bintik-bintik hitam
yang berfungsi menyerap atau menghirup makanan.
7.
Memiliki zat tinta hitam yang digunakan untuk
perlindungan diri dari serangan musuh.
|
Cumi-cumi ( Loligo
sp.) memiliki bentuk tubuh panjang, langsing dan bagian belakang meruncing.
Terdiri atas kepala, leher dan badan. Kepala memiliki dua mata besar dan tidak
berkelopak, Leher pendek dan badan berbentuk tabung mempunyai sirip di setiap
sisinya. Pada kepala terdapat 8 tangan dan 2 tentakel panjang yang ujungnya
terdapat batil isap. Di posterior kepala terdapat sifon atau corong berotot
yang berfungsi sebagai kemudi. Di bagian perut, terdapat cairan tinta berwarna
hitam yang mengandung pigmen melanin. Mantel berwarna putih dengan bintik-bintik
merah ungu sampai kehitaman dan diselubungi selaput tipis berlendir.
Ada beberapa bagian baik secara
morfologi atau anatomi yang terdapat pada Loligo
sp., seperti yang dinyatakan Anonim (1997) yaitu Sifon berfungsi untuk mengeluarkan air pergerakan, lengan berfungsi untuk memanipulasi mangsa, memasukkan makanan kedalam mulut, tentakel berfungsi untuk menangkap mangsa, batil penghisap berfungsi untuk melekatkan mangsa, mulut berfungsi untuk saluran utama makanan, mantel berfungsi untuk melindungi bagian tubuh internal, sirip berfungsi untuk kesembangan tubuh, pergerakan atau kemudi, dan yang
terakhir mata berfungsi untuk sensor fotoreseptor atau indera penglihatan.
Mulut Loligo sp. terletak di bagian tengah (di antara) lengan dan
tentakel. Terdapat bagian yang dinamakan sucker
cup yang terletak di lengan berupa bintik-bintik hitam yang berfungsi
menyerap atau menghirup makanan. Alat penyemprot (siphon) merupakan alat
penyemprot yang mampu mengeluarkan tinta hitam yang digunakan oleh Loligo untuk mengelabui musuh atau
sebagai alat perlindungan diri. Ketika
siphon meyerap air, maka bagian bawahnya akan mengembang, setelah itu ia akan
menyemprotkan tinta hitam tersebut kepada musuh. Siphon mengandung 74-76% suatu
zat kimia sehingga mampu menyemprotkan tinta hitam.
Cumi-cumi
berhabitat di laut. Kemungkinan hidup di air dalam selama musim dingin, tetapi
terkadang dia memasuki air dangkal untuk menetaskan telurnya.
Tabel
4.5. Sotong (Sepia sp.)
GAMBAR DORSAL
|
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Chepalopoda
Ordo : Sepiida
Family
: Sepiidae
Genus : Sephia
Spesies : Sephia
sp.
Local
name : Sotong
|
GAMBAR VENTRAL
|
KETERANGAN
1.
Lengan
2.
Tentakel
3.
Mata
|
GAMBAR
LITERATUR
Sumber : http://scrib.com/images
|
CIRI-CIRI
1.
Terdiri atas kepala dan leher.
2.
Kepala memiliki dua mata besar dan tidak berkelopak
3. Leher pendek dan badan berbentukpipih
mempunyai sirip di setiap sisinya
sampai ke bagian pangkal kepala.
4. Pada kepala terdapat 8 tangan dan
2 tentakel panjang.
5. Terdapat bintik-bintik warna yang
bisa berubah-ubah sesuai dengan keadaan di sekitarnya.
|
Secara morfologi, sotong hampir sama
dengan cumi-cumi. Namun jika dilihat dari ukuran, tubuh sotong lebih besar jika dibandingkan dengan cumi-cumi
dan bagian belakang meruncing (rhomboidal). Terdiri atas kepala dan leher.
Kepala memiliki dua mata besar dan tidak berkelopak, Leher pendek dan badan
berbentuk pipih mempunyai sirip di setiap sisinya sampai ke bagian pangkal kepala. Pada kepala
terdapat 8 tangan dan 2 tentakel panjang.
Sotong sering kali disalahtafsirkan
sebagai cumi-cumi. Keduanya berbeda karena sotong bertubuh pipih, sementara
cumi-cumi lebih berbentuk silinder. Selain itu, cangkang dalam sotong tersusun
dari kapur yang keras, sedangkan pada cumi-cumi lunak dan transparan. Pada
sotong sirip di setiap sisinya sampai ke bagian pangkal kepala, sedangkan
cumi-cumi sirip sisinya cuma ada di sekitar bagian ujung ekornya. Cangkang
dalam sotong biasa digunakan sebagai sumber kalsium bagi burung peliharaan.
Pada bagian tubuh sotong terdapat
bintik-bintik warna yang bisa berubah-ubah sesuai dengan keadaan di sekitarnya.
Bintik-bintik itu akan berwarna biru ketika sotong telah siap kawin, namun
bintik-bintik itu akan berubah menjadi merah ketika sotong menyadari ada mangsa
atau predator di sekitarnya. Hal itu terbukti ketika kita melihat sotong-sotong
yang telah ditangkap akan memiliki bintik-bintik merah, karena ia menganggap
kita sebagai predator yang bisa mengancam keselamatannya. Habitatnya persis
sama dengan cumi-cumi yaitu di perairan laut, umumnya berjalan seperti
ubur-ubur. Begitu juga dengan cumi-cumi.
Tabel
4.6. Lobster (Cherax sp.)
GAMBAR DORSAL
|
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Chepalopoda
Ordo : Decapoda
Family : Palinuridae
Genus : Cherax
Spesies : Cherax sp.
Local
name : Lobster
|
GAMBAR VENTRAL
|
KETERANGAN
1.
Antena
2.
Segmen
3.
Ekor kipas
4.
Rostrum
5.
Kaki jalan
6.
Kaki renang
7.
Mata
|
GAMBAR
LITERATUR
Sumber
: http://seasonscatch.com .
|
CIRI-CIRI
1.
Tubuh lobster terdiri dari dua bagian, yaitu
bagian depan dan bagian belakang.
2.
Kepala lobster ditutupi oleh cangkang.
3.
Memiliki antena sepasang antena yang berfungsi
sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi lingkungan.
4.
Kedua matanya memiliki tangkai dan bisa bergerak.
5.
Habitat lobster bisa ditemukan di perairan laut
maupun tawar.
6.
bagian bawahnya tidak tertutup, tetapi berisi enam
kaki renang (pleopoda).
7.
Alat kelamin terletak di bawah kaki renang.
|
Lobster merupakan salah satu anggota
kelas Crustacea yang tergolong filum Arthropoda. Filum Anthropoda merupakan
filum terbesar dari kingdom animalia. Dimana yang termasuk ke dalam filum ini
adalah hewan-hewan yang memiliki anggota badan yang bersendi-sendi.
Morfologi
tubuh lobster terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang.
Bagian depan terdiri dari bagian kepala dan dada. Kedua bagian itu disebut cephalothorac.
Kepala lobster ditutupi oleh cangkang kepala, yang disebut carapace (karapas).
Kelopak kepala bagian depan disebut rostrum. Bentuknya runcing dan
bergerigi. Kepala lobster terdiri dari enam ruas. Pada bagian itu terdapat
beberapa organ lain. Sepasang mata berada pada ruas pertama. Kedua mata itu
memiliki tangkai dan bisa bergerak.
Wiyanto dan Hartono (2003) menyatakan
bahwa, pada ruas kedua dan ketiga terdapat sungut kecil, yang disebut antennula,
dan sungut besar yang disebut antenna. Sedangkan pada ruas keempat,
kelima dan keenam terdapat rahang (mandibula), maxilla I dan maxilla
II. Ketiga bagian ini berfungsi sebagai alat makan. Organ lain yang ada
pada bagian kepala adalah kaki jalan, jumlahnya empat pasang, dengan ukuran
kaki paling depan lebih besar. Bagian belakang terdiri dari badan dan ekor.
Kedua bagian itu disebut abdomen. Pada bagian atas abdomen ditutupi
dengan enam buah kelopak, sedangkan bagian bawahnya tidak tertutup, tetapi
berisi enam kaki renang (pleopoda). Ekor terdiri dari bagian tengah yang
disebut telson dan bagian samping yang disebut uropoda.
Lobster
merupakan hewan yang seluruh tubuhnya terbungkus cangkang (ekternal skeleton).
Lobster memiliki alat pelengkap pada
bagian luar, yaitu sepasang antena yang berfungsi sebagai perasa dan peraba
terhadap pakan dan kondisi lingkungan, sepasang antenula yang berfungsi sebagai
alat penciuman, mulut dan sepasang capit (cheliped) yang lebar dengan
ukuran lebih panjang jika dibandingkan dengan ruas dasar capitnya, enam ruas
badan (abdomen) sedikit memipih dengan lebar rata-rata hampir sama
dengan lebar kepala, ekor.
Ekor terdiri dari ekor tengah (telson)
memipih, sedikit lebar dan dilengkapi duri-duri halus yang muncul di semua
bagian tepi ekor. Bagian ekor lainnya adalah dua pasang ekor samping (uropod)
yang juga memipih. Enam pasang kaki renang (pleopoda) yang berperan
dalam melakukan gerakan renang. Disamping sebagai alat berenang, kaki induk
pada lobster betina digunakan sebagai alat untuk menambah oksigen dengan
pergerakannya. Selain itu juga digunakan untuk membersihkan telur atau larva
dari tumpukan kotoran yang terendap, empat pasang kaki jalan (pereipoda)
seperti pernyataan Iskandar (2003) yang diacu oleh susanto (2010).
Untuk
Lobster betina, alat kelaminnya bisa ditemukan pada kaki renang urutan ke-3.
Sedangkan pada jantan, pada kaki renang urutan ke-5 akan ditemukan tonjolan
yang merupakan alat kelaminnya. Alat kelamin berada di bawah kaki renang karena
untuk menjaga keamanan telur. Habitat lobster bisa ditemukan di perairan laut
maupun tawar.
Tabel 4.7. Udang (Penaeus monodon)
GAMBAR DORSAL
|
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Filum : Arthhopoda
Ordo : Decapoda
Famili
: Penaeidae
Genus
: Penaeus
Spesies
: Penaeus monodon
Local name : Udang
|
GAMBAR VENTRAL
|
KETERANGAN
1.
Segmen
2.
Kaki renang
3.
Mata
4.
Rostrum
5.
Antena
6.
Ekor kipas
7.
Kaki jalan
8.
Telsom
|
GAMBAR
LITERATUR
Sumber
: File://id.wikipedia.org/wiki/Artropoda
|
CIRI-CIRI
1.
Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas.
2.
Terdapat
sepasang sungut besar atau antenna.
3.
Memiliki sepasang mata majemuk.
4.
Mulutnya terletak pada bagian bawah kepala.
5.
Udang hidup disemua jenis habitat perairan
dengan 89% diantaranya hidup diperairan laut, 10% diperairan air tawar.
|
Secara
morfologis, tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala
dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut
cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8
ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap
ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas
pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson
yang berbentuk runcing .Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau
Carapace. Bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut
cucuk kepala atau rostrum. Pada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan
bagian bawahnya 3 gerigi untuk P.
monodon.
Udang
memiliki sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan.,
mulutnya terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula) yang
kuat. Terdapat sepasang sungut besar atau antenna dan dua pasang sungut kecil
atau antennula. Udang juga memiliki sepasang sirip kepala (Scophocerit) dan
sepasang alat pembantu rahang (Maxilliped). Untuk alat gerak udang memiliki
lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan pertama, kedua dan ketiga bercapit
yang dinamakan cheladan pada bagian dalam terdapat hepatopankreas,
jantung dan insang.
Bagian badan tertutup oleh 6 ruas,
yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput tipis. Ada lima pasang kaki
renang (pleopoda) yang melekat pada ruas pertama sampai dengan ruas kelima,
sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor
kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian
ujungnya yang disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine)
yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam.
Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya
hidup diperairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan teresterial seperti
yang dinyatakan oleh Abele (1982). Udang laut merupakan tipe yang tidak mampu
atau mempunyai kemampuan terbatas dan mentolerir perubahan salinitas. Kelompok
ini biasanya hidup terbatas pada daerah terjauh pada estuari yang umumnya
mempunyai salinitas 30% atau lebih. Kelompok yang mempunyai kemampuan untuk
mentolerir variasi penurunan salinitas sampai dibawah 30% hidup di daerah
terestrial dan menembus hulu estuari dengan
tingkat
kejauhan bervariasi sesuai dengan kemampuan spesies untuk mentolerir
penurunan
tingkat salinitas.
BAB
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Hewan-hewan yang termasuk ke dalam filum
Anthropoda merupakan hewan-hewan yang memiliki anggota badan yang
bersendi-sendi. Sedangkan hewan-hewan yang termasuk ke dalam filum Mollusca
adalah hewan-hewan yang memiliki tubuh lunak.
2.
Ciri-ciri umum dari Anthropoda yaitu
tubuh simetris bilateral terdiri atas sejumlah ruas-ruas, tubuh dibungkus oleh
zat chitine sebagai eksoskeleton, dan mempunyai appendages yang beruas. Sedangkan
Mollusca memiliki ciri-ciri tidak bersegmen, kepala berada di antara tubuh, dan
pada bagian visceral terdapat kaki musculer.
3.
Struktur tubuh Anthropoda terdiri dari
cangkang yang keras yang berfungsi untuk melindungi tubuh. Sedangkan Mollusca
sedikit lunak namun memiliki cangkang sebagai alat perlindungan seperti halnya
Anthropoda. Habitat keduanya bisa ditemukan di laut maupun tawar.
5.2. Saran
Suasana
praktikum mungkin akan lebih kondusif lagi apabila para asisten praktikum tidak
melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengganggu konsentrasi praktikan.
Seperti mengganggu kelompok lain yang sedang berdiskusi.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2011. Ekologi
Kerang Bulu. http://widrozano.wordpress.com. [Rabu, 10 April 2013].
Anonim,
2010. Anthropoda. http://aqshabiogger.blogspot.com.
[Rabu, 10 April 2013].
Sridianti, 2007. Phylum Mollusca. Gramedia. Jakarta.
Hala,Yusminah. 2007. Daras Biologi Umum II. Alauddin Press.
Makassar.
Suwignyo, Sugiarto. 2005. Avetebrata Air Jilid I1.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar